Jakarta – Jelang kick-off babak pertama pertandingan tim nasional Indonesia melawan Bahrain di stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa malam WIB, semua mata tertuju ke tribun utara stadion.
Di area tribun utara itu muncul koreografi Garuda yang membawa pesan dalam bahasa Inggris: “Show Your Dignity” atau dalam Bahasa Indonesia berarti “Tunjukkan Martabatmu”.
Pesan yang singkat tapi menciptakan atmosfer yang begitu mendalam bagi para punggawa Timnas Indonesia yang tengah menatap laga hidup dan mati.
Selama 90 menit, Jay Idzes dan kawan-kawan berjibaku untuk menunjukkan martabat dengan terus tampil seratus persen melawan Bahrain dalam laga lanjutan putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Pesan koreografi Garuda pun terbayar lunas, ketika wasit asal Tajikistan Sadullo Gulmurodi meniup peluit akhir pertandingan yang langsung disambut gemuruh oleh sekitar 60.000 penonton yang hadir menyaksikan kemenangan tim Garuda lewat gol semata wayang yang dicatatkan oleh Ole Romeny pada menit ke-24.
Cerita di balik koreografi
Koreografi dalam sepak bola memang sebuah seni yang mengandung pesan untuk menyatakan dukungan hingga identitas komunitas.
Selain itu melalui pertunjukan koreografi, para pendukung biasanya ingin memberikan rasa tak nyaman dan teror psikologis untuk tim tamu.
La Grande Indonesia bekerjasama dengan desainer Sultan Desain dan penggiat seni Nabil Muhdor mampu menyulap stadion Gelora Bung Karno layaknya museum Louvre, Paris, Perancis lewat sentuhan koreografi bertajuk Garuda, “Tunjukkan Martabatmu”.
Pesan yang juga tersampaikan kepada seluruh penjuru dunia bahwa punggawa Garuda mampu menunjukkan martabat dan berambisi menembus Piala Dunia untuk pertama kalinya.
Pewarta berkesempatan untuk menghubungi pendiri Sultan Desain, Febru Danar Surya yang menceritakan proses kreatif di balik desain koreografi Garuda.
Aru, sapaan akrab Febru, mengatakan bahwa proses pengerjaan dari koreografi kali ini begitu panjang dan penuh akan pertimbangan.
Desain ini telah disiapkan dalam tahapan pembahasan antara La Grande Indonesia dengan Sultan Desain mulai dari tanggal 7 hingga 21 Januari.
Usai dalam tahapan pembahasan proses pembuatan sketsa berlangsung hingga 24 Januari. Perlu memakan waktu total 23 hari untuk merevisi gambar hingga mencapai tahap final menjadi koreografi yang telah ditampilkan dalam pertandingan.
“Pengerjaan detail digitalnya itu memerlukan waktu sekitar empat hari. Dari 29 Januari sampai tanggal 2 Februari,” kata Aru, yang kini fokus berkesenian di Yogyakarta.
Aru mengungkapkan bahwa pesan yang tersirat dalam desain tersebut menggambarkan Garuda yang bermimpi untuk terbang tinggi.
Aru menjabarkan bahwa detail dalam koreografi tersebut menampilkan perpaduan unsur geografis, budaya, sejarah dan pesan yang menggambarkan kondisi sepak bola Indonesia saat ini.
Simbol gunung diambil dari Cartenz Pyramid yang menjadi puncak tertinggi gunung Jayawijaya, Papua, sekaligus gunung tertinggi di Indonesia.
Makna dipilihnya Cartenz Pyramid menurut Amru yakni untuk melambangkan bahwa timnas Indonesia ingin menggapai puncak tertinggi.
Lalu terdapat detail di sayap garuda yang menampilkan corak dari batik khas dari Sabang hingga Merauke.
“Motif batik ini sesuai dengan filosofi bahwa Timnas Indonesia itu mereka nggak sendirian. Di belakang itu masih ada dukungan dari masyarakat Indonesia yang diwakilkan dengan motif ini,” ujar Aru.
Selain itu, dada Garuda yang bertuliskan angka 45 mengusung filosofi sejarah mengenai perjuangan pahlawan Indonesia yang membawa bangsa ini meraih kemerdekaan pada tahun 1945.
Detail lainnya yakni terdapat bulan biru yang melambangkan sebuah momen bersejarah dan sangat jarang sebelumnya terjadi.
“Karena tema kita mengenai puncak, maka bulan biru itu yang berada di posisi tertinggi juga menggambarkan filosofi mengenai sesuatu hal yang jarang terjadi atau bersejarah,” kata Aru.
Sedangkan pesan tegas bertuliskan “Tunjukkan Martabatmu” menunjukkan bahwa kondisi timnas Indonesia saat ini tengah memperjuangkan martabatnya di atas lapangan demi mencapai ambisi menuju Piala Dunia.
Mendunia lewat desain koreografi
Selain lewat desain koreografi Garuda yang telah mengguncang dunia pada laga menghadapi Bahrain tersebut, desain dari Sultan Desain sebelumnya juga telah dipercaya oleh La Grande Indonesia dan membuat seluruh dunia terpukau.
Di laga menghadapi Jepang pada 15 November 2024 lalu, La Grande Indonesia menunjukkan koreografi memukau Gundala melawan Godzilla dengan membawa pesan “Untungnya ku tak pilih menyerah”.
Desain tersebut juga dikerjakan oleh Aru dan kawan-kawan yang kini bekerja di studio desain yang terletak di Pranti RT 06, Branguntapan, Bantul, Yogyakarta.
Aru mengungkapkan bahwa semua desain yang dikerjakan merupakan wujud dukungan untuk timnas Indonesia yang tengah bersaing memperebutkan tiket Piala Dunia 2026.
Setelah karya Gundala melawan Godzilla menjadi perbincangan hangat publik di seluruh dunia, Aru mengatakan mendapatkan projek dari klub Qatar Al Ahli SC untuk mengerjakan projek desain koreografi dari klub yang bermarkas di Stadion Hamad bin Khalifa, Doha tersebut.
“Pesannya Al Ahli SC bukan langsung dari tim ofisialnya tapi mereka ini kan ada agensi di Indonesia lalu lewat agensinya itu yang menghubungi kami untuk bikin desain dari koreografi ini,” terang Aru mengenai proses tawaran yang diterimanya dari Al Ahli SC.
Aru yang sebelumnya tak mempunyai pengalaman mendesain koreografi sepak bola merasa bersyukur atas karya-karya desainnya seperti Gundala melawan Godzilla dan Garuda diterima oleh masyarakat luas khususnya suporter sepak bola.
Lewat karya seni yang dituangkan di koreografi sepak bola ini, Aru juga berharap mampu berjuang untuk tanah air lewat minatnya saat ini.
“Kalau untuk ke depannya ya ini buat teman-teman para seniman ayo kita bisa berjuang untuk tanah air tapi dengan versi kita masing-masing dan dengan minat kita masing-masing, enggak harus dengan ini semisal wah aku enggak jago gambar nih enggak harus gitu,” ujar Aru.