VIDA tegaskan komitmen cegah kejahatan siber berbasis AI

Jakarta – Penyedia layanan identitas digital, VIDA menegaskan komitmennya mencegah kejahatan siber di tengah meningkatnya pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI).

“Di era AI seperti sekarang, siapa pun bisa menjadi korban. Bukan hanya masyarakat awam, tapi juga lembaga, institusi, bahkan pemimpin negara sekalipun,” ujar Group CEO VIDA, Niki Luhur dalam forum keamanan digital di Jakarta, Kamis.

Menurut Niki, masyarakat Indonesia kini semakin rentan terhadap berbagai bentuk penipuan digital yang kian canggih seperti panggilan telepon tak dikenal, tautan phishing di aplikasi pesan instan, hingga dokumen palsu yang dibuat dengan kecanggihan teknologi AI.

Bahkan, kata dia, wajah dan suara manusia kini bisa dipalsukan secara sempurna, sehingga membuat deteksi penipuan semakin sulit.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, VIDA telah bekerja sama dengan sejumlah pemangku kepentingan seperti Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan berbagai industri melalui inisiatif bersama.

Salah satunya adalah partisipasi dalam program SIGUNA dan Gerakan Bersama Perlindungan Konsumen yang bertujuan untuk meningkatkan literasi digital dan perlindungan masyarakat dari kejahatan siber.

Tak hanya itu, VIDA juga aktif merilis laporan kajian yang memuat beragam modus penipuan digital yang tengah berkembang, termasuk rekayasa sosial (social engineering), phishing, serta penipuan berbasis deepfake.

Niki menambahkan, VIDA juga tengah menyiapkan peluncuran kajian terbaru pada September mendatang, sebagai bagian dari upaya berkelanjutan dalam memperkuat pertahanan digital nasional di tengah pesatnya adopsi AI.

“White paper (kajian) ini kami susun sebagai referensi strategis agar pelaku usaha dan masyarakat luas lebih waspada dan paham ancaman digital yang berkembang,” ujar Niki.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *