Rekaman CCTV Tunjukkan 2 dari 4 Anak Ekuador yang Hilang Dibawa oleh Sejumlah Pria Berseragam Militer

Rekaman CCTV di Guayaquil menunjukkan beberapa laki-laki berseragam militer menangkap dua anak laki-laki dan pergi bersama mereka. Keduanya diyakini termasuk di antara empat anak yang hilang malam itu.

Presiden Ekuador Daniel Noboa pada Senin (23/12) berjanji bahwa pemerintahnya tidak akan menutup-nutupi siapa pun yang terlibat dalam hilangnya empat anak, yang terakhir kali terlihat lari dari kejaran konvoi militer pada awal Desember ini.

Pernyataan itu muncul ketika pemerintahan Noboa, yang bersandar pada angkatan bersenjata, berupaya meredam lonjakan kejahatan, seiring tekanan dari organisasi-organisasi HAM dan warga Ekuador untuk menyelidiki kasus hilangnya beberapa anak.

Puluhan orang berdemonstrasi pada hari Senin (23/12) di kota pesisir Guayaquil, tempat anak-anak berusia 11 hingga 15 tahun itu hilang pada tanggal 8 Desember. Para pengunjuk rasa menuntut informasi tentang keberadaan anak-anak itu dan meminta agar kasus tersebut diselidiki sebagai “kasus penghilangan paksa.”

Berseragam Militer

Rekaman CCTV di Guayaquil menunjukkan beberapa laki-laki berseragam militer menangkap dua anak laki-laki dan pergi bersama mereka. Keduanya diyakini termasuk di antara empat anak yang hilang malam itu.

Demonstrasi menentang hilangnya empat remaja saat operasi militer dua minggu lalu, di depan kantor kejaksaan Guayaquil, Ekuador, pada 23 Desember 2024. (Foto: AFP)
Demonstrasi menentang hilangnya empat remaja saat operasi militer dua minggu lalu, di depan kantor kejaksaan Guayaquil, Ekuador, pada 23 Desember 2024. (Foto: AFP)

Kantor berita Associated Press (AP) pada Senin mengkaji video-video tersebut, termasuk yang diambil dari kamera keamanan di persimpangan sebuah rumah sakit umum dekat lingkungan Las Malvinas, tempat tinggal anak-anak yang hilang. Video-video itu telah diserahkan oleh perusahaan kota itu ke kantor Kejaksaan Agung, Unit Anti-Penculikan Kepolisian Ekuador, dan DPR.

Menanggapi pertanyaan AP, kantor Kejaksaan Agung Ekuador membenarkan bahwa pihak berwenang menggerebek pangkalan Angkatan Udara di pinggiran Guayaquil pada Senin pagi. Operasi penggerebekan itu menyita dua van putih dan ponsel 16 tentara yang melakukan kegiatan yang tidak ditentukan pada hari di mana empat anak itu hilang, awal Desember lalu.

Dalam video yang dilihat oleh AP, tampak dua anak laki-laki – satu orang berkemeja biru dan lainnya berkemeja oranye – ditangkap oleh sekelompok laki-laki berseragam, lalu ditempatkan di bagian belakang truk pickup putih dengan jendela berwarna dalam posisi menghadap ke bawah. Salah satu anak kemudian dipukul kepalanya.

Kendaraan tanpa pelat nomor itu memiliki sirene yang berkedip, dan bangku hitam di bagian belakang, mirip dengan yang digunakan dalam patroli militer. Orang-orang dalam video tersebut bersenjata dan mengenakan seragam kamuflase dengan lencana yang mirip dengan milik Angkatan Udara Ekuador.

Luis Arroyo, ayah dari dua anak yang hilang, sebelumnya mengatakan kepada media lokal bahwa anak-anaknya sedang dalam perjalanan pulang setelah bermain sepak bola ketika dua kendaraan yang membawa sekelompok orang berseragam militer tiba di daerah itu. Anak-anak itu dikejar, dan empat orang ditangkap, kata Arroyo. Belum jelas bagaimana dia mengetahui hal ini.

Bagian dari rekaman kamera itu menunjukkan 11 anak di dekat jembatan layang. Beberapa saat kemudian, beberapa anak terlihat berlari dan dua di antaranya dihentikan, satu orang dihentikan oleh seseorang berseragam militer, dan lainnya dihentikan oleh warga sipil. Keduanya kemudian didorong ke bagian belakang truk pickup.

Menteri Pertahanan Gian Carlo Loffredo mengatakan kepada wartawan bahwa menurut laporan militer, anak-anak tersebut ditahan oleh patroli dengan 16 agen yang “mengamati delapan orang yang diduga merampok seorang perempuan.” Dia mengatakan militer kemudian membebaskan anak-anak di bawah umur tersebut dan tidak menyerahkan mereka kepada polisi.

Rekaman yang ditinjau AP tidak menunjukkan dugaan perampokan.

Seorang perempuan berteriak kepada polisi dalam unjuk rasa di depan kantor kejaksaan menyusul hilangnya empat anak yang terakhir terlihat melarikan diri dari konvoi militer di Guayaquil, Quito, Ekuador, 23 Desember 2024. (Foto: AP)
Seorang perempuan berteriak kepada polisi dalam unjuk rasa di depan kantor kejaksaan menyusul hilangnya empat anak yang terakhir terlihat melarikan diri dari konvoi militer di Guayaquil, Quito, Ekuador, 23 Desember 2024. (Foto: AP)

Presiden Daniel Noboa mengatakan kepada stasiun radio lokal Radio Democracy bahwa masih terlalu dini untuk mengklasifikasikan anak-anak yang hilang sebagai anak yang hilang secara paksa.

“Kami berpihak pada keadilan, dan apakah itu warga sipil, pendeta, polisi, atau tentara yang terlibat, pada akhirnya, masyarakat memerlukan jawaban,” kata Noboa, yang mencalonkan diri kembali pada bulan Februari. “Kami tidak akan menutup-nutupi siapa pun.”

Fernando Bastias, anggota Komite Permanen Pertahanan Hak Asasi Manusia organisasi non-pemerintah di Ekuador, mengatakan penghilangan orang merupakan “pelanggaran hak asasi manusia yang serius” dan menyerukan penuntutan terhadap personel militer yang terlibat. [em/rs]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *