Sejumlah ilmuwan Rusia melontarkan kritik pada Rabu (25/12) terkait upaya pembersihan tumpahan minyak dari dua kapal tanker yang kini telah terbawa ke darat. Mereka mengatakan bahwa upaya pembersihan tersebut kekurangan peralatan yang memadai.
Pada 15 Desember, dua kapal tanker minyak Rusia, Volgoneft-212 dan Volgoneft-239 dihantam badai saat melintasi Selat Kerch, yang mengakibatkan satu kapal tenggelam dan kapan lainnya kandas.
Selat tersebut memisahkan wilayah selatan Rusia dari Semenanjung Krimea, Ukraina, yang dianeksasi oleh Rusia pada 2014.
Dua kapal tersebut membawa 9.200 ton bahan bakar, dan sekitar 40 persen dari jumlah tersebut kemungkinan telah tumpah ke laut, menurut pihak berwenang Rusia.
Presiden Vladimir Putin minggu lalu menyebut insiden tersebut sebagai sebuah “bencana ekologi.”
Ribuan relawan diterjunkan untuk membuang pasir yang terendam minyak di di sejumlah pantai-pantai yang terdampak.
Namun para ilmuwan mengatakan relawan tersebut tidak memiliki peralatan yang dibutuhkan.
“Tidak ada buldoser dan tidak ada truk di sana. Kenyataannya tidak ada alat berat,” ujar Viktor Danilov-Danilyan dalam sebuah konferensi pers.
Danilov-Danilyan adalah kepala departemen ilmiah dari Institut Permasalahan Air di Akademi Sains Rusia. Ia pernah menjabat sebagai menteri lingkungan Rusia pada era 1990-an.
Para relawan itu hanya memiliki “sekop dan kantong plastik yang gampang sekali robek,” tambahnya.
“Saat kantong-kantong tersebut menunggu untuk dibawa, badai datang dan akhirnya pasir-pasir minyak itu hanyut kembali ke laut. Konyol sekali!”
Kritik terbuka terhadap pihak berwenang merupakan sesuatu yang jarang terjadi di Rusia.
Sekitar 200.000 ton pasir mungkin telah terkontaminasi oleh minyak, kata menteri sumber daya alam Rusia pada senin (23/12).
Hampir 30.000 ton telah berhasil dibawa, ujar Gubernur wilayah Krasnodar Veniamin Kondratyev pada Rabu.
Sergei Ostakh, seorang profesor di Akademi Ilmu Pengetahuan Alam Rusia, mengatakan tumpahan minyak tersebut dapat segera menjangkau daratan Krimea.
“Semua pihak harusnya berhenti berpikir bahwa [daratan Krimea] akan terhindar [dari tumpahan minyak itu],” katanya, seraya menyerukan aksi yang cepat.
Tumpahan minyak itu kemungkinan telah membunuh 21 lumba-lumba, ungkap pusat penyelamatan lumba-lumba Delfa, walaupun sejumlah tes tambahan dibutuhkan untuk mengonfirmasi penyebab kematian mamalia laut tersebut. [rs]