Israel dan Hamas menyetujui kesepakatan gencatan senjata, kata para mediator, Rabu (15/1).Kesepakatan itu menghentikan sementara perang yang menghancurkan Gaza selama 15 bulan terakhir dan meningkatkan kemungkinan diakhirinya pertempuran paling mematikan di antara kedua musuh bebuyutan itu.
Para pejabat dari Qatar dan Hamas telah mengonfirmasi bahwa kesepakatan telah tercapai, sementara Israel belum berkomentar.
Kesepakatan itu masih harus disetujui oleh kabinet Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, akan tetapi diperkirakan akan mulai berlaku dalam beberapa hari ke depan.
Sementara itu, melalui postingannya di platform media sosialnya, Truth Social, pada Rabu, Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa kesepakatan pembebasan sandera yang ditahan di Gaza telah tercapai.
“KITA TELAH MENCAPAI KESEPAKATAN UNTUK PARA SANDERA DI TIMUR TENGAH. MEREKA AKAN SEGERA DIBEBASKAN,” tulis Trump.
Kesepakatan itu diharapkan dapat menghentikan sementara pertempuran selama enam minggu, sementara perundingan untuk mengakhiri perang sepenuhnya mulai dilakukan.
Selama periode enam minggu tersebut, sebanyak 33 dari hampir 100 sandera yang diculik Hamas akan dibebaskan setelah ditahan selama berbulan-bulan tanpa kontak dengan dunia luar, meski belum jelas apakah seluruh sandera masih hidup.
Belum dapat dipastikan pula kapan dan berapa banyak pengungsi Palestina yang bisa kembali ke rumah mereka, jika memang masih ada yang tersisa, dan apakah kesepakatan itu juga akan berujung pada dihentikannya perang secara penuh dan ditariknya seluruh pasukan Israel dari Gaza, yang merupakan tuntutan utama Hamas untuk pembebasan para sandera yang tersisa.
Masih banyak pertanyaan jangka panjang mengenai masa depan Gaza pascaperang, termasuk siapa yang akan memerintah atau mengawasi pembangunan kembali wilayah tersebut.
Meski demikian, pengumuman tercapainya gencatan senjata memberikan harapan bahwa Israel dan Hamas mungkin akan mengakhiri perang tersebut sepenuhnya, mengingat dampaknya yang telah mengganggu stabilitas kawasan Timur Tengah dan memicu unjuk rasa di seluruh dunia.
Kesepakatan yang dimediasi oleh Mesir dan Qatar dengan dukungan Amerika Serikat itu tercapai lima hari sebelum pelantikan Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump.
Perang Israel-Hamas kembali pecah setelah kelompok militan tersebut menyerang Israel selatan pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik 250 orang lainnya. Israel kemudian membalasnya dengan melancarkan serangan besar yang telah menewaskan lebih dari 46.000 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan Gaza, memaksa sekitar 90 persen penduduk Gaza mengungsi, dan memicu krisis kemanusiaan.
Lebih dari 100 sandera dibebaskan dari Gaza saat gencatan senjata selama satu minggu berlangsung pada November 2023. [rd/ka]